-->

10/07/2025

Tradisi Tahunan Piodalan di Pura MGSA, Sakral dan Penuh Makna

Tradisi Tahunan Piodalan di Pura MGSA, Sakral dan Penuh Makna


Lumajang, (Onenewsjatim)
– Ribuan umat Hindu dari Bali dan berbagai daerah di Jawa Timur memadati kawasan Pura Mandara Giri Semeru Agung (MGSA) di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Kamis (10/7/2025), dalam rangka perayaan Piodalan atau Pujawali.

Piodalan merupakan upacara keagamaan yang digelar setiap tahun, bertepatan dengan bulan Purnama, sebagai bentuk penghormatan terhadap hari pertama digunakannya Pura MGSA pada tahun 1992 silam.

Mantan Wakil Gubernur Bali sekaligus Ketua Kwarda Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), menyampaikan bahwa Pujawali merupakan ritual yang bersifat sakral dan telah menjadi tradisi tahunan umat Hindu.

“Hari ini kita menyelenggarakan upacara Pujawali, atau biasa disebut Piodalan, yang digelar di Pura Mandara Giri Semeru Agung. Ini merupakan kegiatan yang mengikuti siklus tahunan berdasarkan kalender Isyaka dan selalu dilakukan saat bulan Purnama,” ungkap Cok Ace.

Lebih lanjut, Cok Ace memaparkan perbedaan upacara berdasarkan siklusnya. 

"Kami di sini punya upacara siklus tahunan, 5 tahunan, dan 10 tahunan. Yang kami lakukan sekarang ini adalah kegiatan rutin setiap tahun dengan perhitungan dasarnya menggunakan 1 kerbau. Kalau yang 5 tahunan menggunakan 3 kerbau, dan 10 tahunan menggunakan 13 kerbau," terangnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara nilai keagamaan dan budaya universal yang terbuka untuk dipadukan dengan kekayaan lokal Lumajang.

“Budaya bukan hanya milik satu agama, budaya bersifat universal. Maka dari itu, kami membuka ruang kolaborasi dengan Kabupaten Lumajang untuk kegiatan seni, tari, musik tabuh, dan lainnya,” katanya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Lumajang yang telah memberikan ruang dan kesempatan bagi umat Hindu untuk memuja leluhur di Senduro

Sementara itu, Wira Dharma, pengurus Pura Mandara Giri Semeru Agung, mengatakan,kegiatan keagamaan ini digelar setahun sekali dan akan berlangsung hingga tanggal 21 Juli mendatang. 

"Pura ini merupakan pura yang dituakan di seluruh Bali dan Jawa Timur, khususnya bagi mereka yang wajib hadir ke sini, yang digilir masing-masing dari beberapa daerah," ungkap Wira Dharma

Sementara itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar atau akrab disapa Bunda Indah, menegaskan bahwa keberadaan Pura Mandara Giri Semeru Agung (MGSA) adalah harta spiritual yang memperkaya identitas Lumajang sebagai rumah bersama yang menjunjung tinggi toleransi.

"Pura ini bukan hanya milik umat Hindu, tapi milik kita semua. Tempat ini mengajarkan tentang damai, ketulusan, dan keseimbangan. Kami akan terus menjaga agar keberagaman di Lumajang menjadi sumber kekuatan, bukan perbedaan yang memecah," tutur Bunda Indah (Imam)

Baca Artikel Terkait Lainnya

Baca juga Artikel Lainnya

© Copyright 2024 Onenewsjatim | All Right Reserved